dasar dasar teori perkembangan

Unknown | 20:46 | 0 komentar


Teori Psikoanalis
Bagi para teoritisi psikoanalitis, perkembangan pada dasarnya tidak disadari yaitu diluar kesadaran dan sangat diwarnai oleh emosi. Para teoritis psikoanalitis yakin bahwa perilaku semata-mata adalah suatu karakteristik permukaan dan untuk benar-benar memahami perkembangan kita harus menganalisis makna simbolis perilaku dan kerja pikiran yang paling dalam. Para teoritisi psikoanalitis juga menekankan bahwa pengalaman-pengalaman sebelumnya dengan orang tua secara ekstensif membentuk perkembangan kita. Karakteristik ini digarasbawahi dalam teori psikoanalitis utama yaitu Sigmuend Freud
.
Kepribadian, karena ego membuat keputusan-keputusan rasional. Id dan ego tidak memiliki moralitas. Id dan ego tidak memperhitungkan apakah sesuatu benar atau salah. Superego adalah struktur kepribadian freud yang merupakan badan moral kepribadian dan benar-benar memperhitungkan apakah sesuatu benar atau salah. Anggaplah superego sebagai apa yang selalu kita rujuk sebagai “ hati nurani” kita. Kita barangkali mulai merasa bahwa Id maupun superego menyebabkan kehidupan kasar bagi ego. Ego kita barangkali mengatakan “aku akan melakukan hubungan sex” kadang-kadang saja dan memastikan untuk menggunakan alat pencegah kehamilan yang tepat, karena aku tidak ingin gangguan anak dalam perkembangan karirku. “ akan tetapi ide anda mengatakan akau ingin dipuaskan, sex itu nikmat. Superego anda sedang bekerja juga “aku merasa bersalah kalau melakukan hubungan sex”.
Ingat bahwa freud melihat kepribadian seperti gunung es; kebanyakan kepribadian di bawah tingkat kesadaran kita, sama seperti bagian terbesar dari suatu gunung es yang terdapat di bawah permukaan air.
Asumsi yang mendasari teori psikoanalis adalah kegiatan terjadi pada tiga tingkat kesadaran, ialah keadaan sadar, mencakup apapun yang dipikirkan dan dikerjakan manusia, prasadar mencakup segala pengetahuan dan ingatan yang sewaktu-waktu dapat dikeluarkan ke alam sadar, tidak sadar mencakup segala sesuatu yang tidak ingin disadari dan dengan sengaja ditekan agar terluka. Asumsi berikutnya dari teori ini adalah bahwa banyak hal yang dilakukan manusia sebenarnya didorong oleh kekuatan di bawah sadar. Freud menyebutkan sebagai desire (dapat diterjemahkan sebagai hasrat) atau instic drive sebagai lawan dari reason (nalar). Dengan demikian energy psikologis tidk lain adalah energy instingtif. Dalam garis besarnya insting di bagi menjadi dua yaitu ego dan libido. Libido mengacu pada insting primer, sedangkan ego merupakan insting yang menyertai insting primer tersebut: kepribdian terdiri dari ego, suatu proses kejiwaan yang asli pad diri manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam prinsip kenyamanan dan hedonistic,id, bagian kepribadian yang mempunyai prinsip realitas dan superego, bagian proses kejiwaan dalam prinsip kesempurnn hidup.
Konsepsi ini berpendapat bahwa sumber pokok perilaku manusia adalah libido seksualis( dorongan untuk memuaskan nafsu). Insting ini tidak mengenal batas, sehingga freud berpendapat bahwa anak anak itu asocial (ego). Sedang kenyataan dimasyarakatnya menganut norma (id). Dengan demikian anak mengalami dua dunia yang bertentanga, disatu pihak ingin memuaskan instingnya, dilain pihak norma masyarakat membatsi. Banyak tuntutan insting yang terhalang oleh norma masyarakat. Untuk mengatasi konflik ini, anak harus menyesuaikan diri dengan menekan dorongan yang tidak dibenarkan masyarakat. Keudian menyalurkan dorongan melalui kaidah yang berlaku dalam masyarakat (superego). Proses ini disebut sebagai “internalisasi, sublimasi, dan identifikasi”. Melalui perkembangan ini anak berubah dari asocial menjdi sosil.
Perilaku yang terbentuk dalam diri manusia adalah interaksi dari ketiga bagian kejiwaan tersebut. Sedang penahapan dari kontinum interaksi dari ketiga tersebut. Tahap-tahap yng di ajukan adalah terdiri dari tahap oral ( 0-1 tahun), tahap anal ( 1-3 tahun), tahap falik ( 3-5 tahun), tahap laten ( 5-11 tahun), dan tahap genital (usia remaja).
Freud berfikir bahwa kepribadian orang dewasa ditentukan oleh cara-cara mengatasi konflik antara sumber-sumber kenikmatn awal-mulut, dubur, dan kemudian alat kelamin dan tuntutan relitas. Bila konflik ini tidak diatasi, individu dapat mengalami perasaan yang mendalam pada  tahap perkembangan tertentu. Misalnya, orang tua dapat menyapih seorang anak terlalu dini, terlalu keras dalam pelatihan menggunakan toilet, menghukum anak karena melakukan masturbasi, atu melimpahi anak dengan kehangatan. Kita akan kembali kepada gagasan tentang fiksasi ( presaan mendalam) dan bagaimana perasaan itu dapat muncul dalm kepribadian orang dewasa. Namun,  pertama-tam kita harus belajar tentang tahap-tahap awal perkembangan kepribadian.
1)      Tahap mulut: ialah tahp pertama kepribadian Freud, yang berlangsung selama 18 bulan pertama kehidupan, dalam mana penemptan bayi berpusat disekitar mulut. Umunya, mengunyah, menghisap, dan menggigit adalh sumber utama kenikmatan. Tindakan-tindakan ini mengurangi tekanan atu ketegangan pada bayi.
2)      Tahap lubang anus: ialah tahap kedua kepribadian Freud yng berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun, dalam mana kenikmatan terbesar anak meliputi lubang anus atau fungsi pengeluaran yang diasosiasikan dengan dirinya. Dalam pandangan Freud latihan otot lubang dubur mengurangi tekanan atu ketegangan.
3)      Tahap alat kelamin laki-laki ialah tahp ketiga kepribadian Freud, yang berlangsung antara usia 3 dan 6 tahun selam atahap ini kenikmatan berfokus pada alat kelamin, ketika anak bahwa manipulasi diri dapat memberikan kenikmatan.
Dalam pandangan Freud, tahap phallic memiliki kepentingan khusus dalam perkembangan kepribadian karena selama periode inilah Oedipus complex muncul, istilah ini berasal dari mitologi yunani, di mana Oedipus, putra raja Thebes, tanpa sengaja membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Oedipus complex ialah konsep Freud dalam mana anak kecil mengembangkan suatau keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya. Konsep Oedipus complex Freud dikecam oleh beberapa pakar psikoanalisis dan penulis.
Bagaimana Oedipus complex diatasi? Pada usia kira-kira 5 hingga 6 tahun, anak-anak menyadari bahwa orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dapat menghukum mereka atas keinginan incest mereka. Untuk mengurangi konflik ini, anak mengidentifikasikan diri dengan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya, dengan berusaha keras menjadi seperti orang tua yang sama jenis kelaminnya itu. Namun, bila konflik tidak teratasi, individu dapat terfiksasi pada tahap phallic.
4)      Tahap laten/tersembunyi ialah tahap keempat kepribadian Freud, yang berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa puberitas, anak menekan semua minat terhadap sex dan mengembangkan keterampilan social dan intelektual. Kegiatan ini menyalurkan banyak energy anak ke dalam bidang-bidang yang aman secara emosional dan menolong anak melupakan konflik pada tahap phallic yang sangat menekan.
5)      Tahap kemaluan ialah tahap kelima dan terakhir kepribadian Freud, yang berawal dari masa puberitas dan seterusnya. Tahap kemaluan ialah suatu masa kebangkitan seksual; sumber kenikmatan seksual sekarang menjadi seseorang yang berada di luar keluarga.Freud yakin bahwa konflik yang tidak teratasi dengan orang tua menjadi kembali selama masa remaja. Bila teratasi, individu mampu mengembangkan suatu hubungan cinta yang dewasa dan berfungsi secara mandiri sebagai seorang dewasa.
Teori Freud mengalami revisi yang signifikans oleh sejumlah teoritis psikoanalitis. Banyak teoritisi psikoanalitis kontemporer kurang memberi tekanan pada naluri seksual dan lebih menekankan pada pengalaman-pengalaman kebudayaan sebagai factor-faktor yang menentukan perkembangan individu. Pikiran tidak sadar tetap merupakan tema sentral, tetapi sebagian besar psikoanalisis kontemporer yakin bahwa pikiran sadar terdiri dari lebih banyak gunung es daripada yang diperkirakan oleh Freud.
 Teori Perkembangan kognitif
Pakar psikologi Swiss terkenal Jean Piaget (1896-1980) menekankan bahwa anak-anak membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri; informasi tidak sekedar dituangkan ke dalam pikiran mereka dari lingkungan. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk mencakup gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahn memajukan pemahaman.
Teori piaget didasarkan atas presuposisi biologis, dengan focus minatnya pada bagaimana makhluk hidup menyesuaikan atau mengorganisasikan dirinya terhadap lingkungannya dan berkembang.
Dinyatakan dalam teori tersebut bahwa makhluk hidup mempunyai regulasi diri untuk mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Apabila penyesuaian berjalan dengan baik, maka akan tercapai keseimbangan, sedang apabila penyesuaian tidak berjalan dengan baik akan tercapai ketidakseimbangan. Dalam diri makhluk hidup terdapat pola perilaku yang terorganisasikan dengan baik yang disebut skema. Skema tersebut disesuaikan dengan lingkungannya melalui 2 cara, ialah: asimilasi dalam bentuk mempersepsi dan menafsir informasi dari lingkungannya sebagai bentuk pengetahuan baru, dan akomodasi dalam bentuk restrukturisasi organisasi mental agar informasi yang baru tersebut dapat diterima.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan inforrmasi baru. Perhatikan suatu keadaan di mana seorang anak perempuan berusia 7 tahun diberi palu dan paku untuk menggantung gambar di dinding. Ia belum pernah menggunakan palu, tetapi dari pengamatan dan pengalaman orang lain ia mengetahui bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang, yang diayun dengan tangkai untuk memukul paku, dan yang biasanya diayun beberapa kali. Dengan mengenal kedua benda itu, ia menyesuaikan perilakunya dengan informasi yang sudah ia miliki (asimilasi). Akan tetapi, palu berat, sehingga ia memegangnya di bagian ujung. Ia mengayun terlalu keras dan paku bengkok, sehingga ia menyesuaikan tekanan pukulannya. Penyesuaian ini memperlihatkan kemampuannya untuk sedikit mengubah konsepnya tentang dunia (akomodasi).
Piaget berpikir bahwa asimilasi dan akomodasi berlangsung sejak kehidupan bayi yang masih sangat kecil. Bayi yang baru lahir secara reflex mengisap segala sesuatu yang menyentuh bibirnya (asimilasi), tetapi setelah beberapa bulan pengalaman, mereka membangun pemahaman mereka tentang dunia secara berbeda. Beberapa obyek, seperti jari dan susu ibu, dapat diisap, dan obyek lain, seperti selimut yang berbulu halus sebaiknya tidak diisap (akomodasi).
Piaget mengakui bahwa perkembanagn ialah suatu yang kontinyu. Namun ia berpendapat bahwa perkembangan kontinyu tersebut terjadi secara sekuensial. Satu bagian dikembangkan di atas bagian lain yang telah ada dalam kurun waktu sebelumnya. Dengan demikian kematangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap yang berbeda dan berurutan.
Piaget juga yakin bahwa kita melampui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang khas/berbeda. Ingat, cara yang berbeda dalam memahami dunialah yang menyebabkan satu tahap lebih berkembang dari tahap yang lain; menurut pandangan Piaget mengetahui lebih banyak informasi tidak menyebabkan pemikiran anak lebih berkembang, inilah yang Piaget maksudkan ketika ia mengatakan bahwa kognisi anak berbeda secara kualitatif pada satu tahap dibandingkan dengan tahap lain.
Diungkapkan oleh Piaget adanya 5 tahapan perkembangan yaitu tahap sensorik-motorik (usia 0-2 tahun), tahap prekonsep (usia 2-4 tahun), tahap intuisi (usia 4-7 tahun), tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun) dan tahap operasinal formal (usia 11-15 tahun).
Tahap sensorimotor yang berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama Piaget. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan motorik fisik oleh karena itulah istilahnya sensorimotor. Pada permulaan tahap ini, bayi yang baru lahir memiliki sedikit lebih banyak daripada pola-pola reflex. Pada akhir tahap, anak berusia 2 tahun memiliki pola-pola sensorimotor yang kompleks dan mulai beroperasi dengan symbol-simbol primitive.
Tahap praoperasional yang berlangsung kira-kira dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua Piaget. Pada tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Pemikiran simbolis melampui hubungan sederhana antara informasi sensor dan tindakan fisik. Akan tetapi, walaupun anak-anak prasekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, menurut Piaget mereka masih belum mampu untuk melaksanakan apa yang Piaget sebut “operasi” tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
Tahap operasional konkret yang berlangsung kira-kira dari usia 7-11 tahun, merupakan tahap ketiga Piaget. Pada tahap ini, anak-anak dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Misalnya, pemikir operasional konkret tidak dapat membayangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu persamaan aljabar, yang terlalu abstark untuk dipikirkan pada tahap perkembangan ini.
Tahap operasional formal yang tampak dari usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terakhir Piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman kongkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, anak-anak remaja mengembangkan gambaran keadaan yang tak ideal. Mereka dapat berpikir tentang seperti apakah orang tua yang ideal dan membandingkan orang tua mereka dengan standar ideal ini. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang dapat mereka lakukan. Dalam memecahkan masalah, pemikir operasional formal ini lebih sistematis, mengembangkan hipotesis tentang mengapa sesuatu terjadi seperti itu, kemudian menguji hipotesis ini dengan cara deduktif.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
a.     Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c.      Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d.     Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e.     Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
-         Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget.
-         Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru mencapai pemahaman tentang objek permanence pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon dan De Vos (1991) ; 104 anak diamati sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan  berbagai tugas operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson serta Baillargeon dan DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua
-         dan belum lama ini, Bradmetz (1999) menguji pernyataan Piaget bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak.
-         Inilah yang menjadi pertentangan dan kritikan  diantara para ahli psikologi.











 Teori Belajar (Konsepsi Asosiasi)
Inti dari konsepsi asosiasi adalah bahwa hakekat perkembangan adalah proses asosiasi, dimana bagian-bagian mempunyai nilai yang lebih pening dari keseluruhan. Dalam perkembangannya anak-anak pada mulanya mempunyai kesan sebagian-sebagian, kemudian melalui proses asosiasi bagian-bagian tersebut akan membentuk menjadi suatu keseluruhan. Banyak tokoh terkenal penganut konsepsi ini diantaranya yaitu: John locke (dengan teori tabularasa), Thorndike (denga teori conectionisme), J.B Watson dengan Teori Behaviriosme, dan Ivan Pavlov dengan teori Conditiononing Reflect.
Konsepsi asosiasi dibangun dari teori Pavlov mengenai pebiasaaan klasik. Dimulai dari kajian JB Watson, teori ini mendapatkan bentuknya yang lengkap dari BF Skiner. Focus utama teori ini adalah bahwa perilaku sepenuhnya merupakan hasil dari kegiatan belajar. Perilaku terbentuk sebagai respon terhadap stimulus. Selain pembiasaan klasik bias diberikan pembiasaan aktif (conditioning operant), yang dikenal sebagai penguatan (reinforcement).

Category:

About GalleryBloggerTemplates.com:
GalleryBloggerTemplates.com is Free Blogger Templates Gallery. We provide Blogger templates for free. You can find about tutorials, blogger hacks, SEO optimization, tips and tricks here!

0 komentar

Mohon kritik dan sarannya yang membangun zaw..., agar menjadikan ini lebih bermanfaat 